Faubun: Walikota Ambon Harus Minta Maaf Kepada Negeri Adat 

AMBON,PELAGANDONG.COM :  Kapitan  aksi komunitas Kalesang Maluku Pemilaun Vigel Faubun minta Walikota Ambon Richart Lohenapessy harus meminta maaf kepada seluruh negeri adat dan anak adat di Maluku,ungkapnya dalam pertemuan di Ruangan Sekertaris Kota Ambon,Kamis (23/08/2018)

Faubun menilai Pemerintah kota tidak menghargai perjuangan para luhur karena lambang sakral Maluku yang dijadikan sebagai hiasan trotoar otomatis Masyarakat  menginjak dan meludahi trotoar tersebut.

Sebelumnya Komunitas kalesang Maluku menuntut Walikota Ambon segera memanggil Dinas terkait yang bertanggung jawab terhadap pembuatan trotoar dan renovasi jalan trotoar yang masih terdaoat lambang sakral Maluku.

Menanggapi hal itu Sekertaris Kota Ambon, A G Latuheru meminta komunitas Kalesang Maluku untuk memberikan rekomendasi dari lembaga-lembaga adat yang ada.

Menurutnya, Pemerintah kota Ambon akan melakukan pertimbangan terhadap tuntutan dari Komunitas Kalesang Maluku jika ada rekomendasi dari lembaga adat. Pasalnya, komunitas hanya mewakili beberapa orang.

“Menjadi pertimbangan Pemkot. Baiknya Ada rekomendasi dari lembaga-lembaga adat terkait. Karena komunitas hanya mewakili beberapa orang saja,” ujarnya.

komunitas Kalesang Maluku dapat bekerjasama dengan komunitas maupun lembaga lainnya untuk menuntut Lembaga Kebudayaan Maluku guna mengeluarkan rekomendasi terkait masalah ini.

“Komunitas Kalesang harus bersama-sama kumpul dengan komunitas atau lembaga lain, untuk sama-sama tuntut ke lembaga kebudayaan Maluku guna mengeluarkan rekomendasi, petunjuk penggunaan Kakesang (Dimana dan sebagainya). Supaya harus jelas dan semua orang tahu.

Dengan adanya rekomendasi dari lembaga adat Pemerintah kota akan mempertimbangkan penggunaan simbol adat. Bahkan akan diusulkan untuk pembuatan Peraturan Daerah (Perda) tentang penggunaan simbol adat. “Sehingga kalau bisa segera dibuatnya Perda Kota Ambon tentang penggunaan simbol-simbol adat,”

Latuheru menjelaskan, untuk trotoar yang baru dikerjakan  tidak lagi memakai simbol adat Maluku. “Ini jadi perhatian kita Pemkot. Kita akan lakukan penyesuaian Sebelumnya ingin menghiasi, tidak menghina. Memang tidak ada lagi kedepan untuk itu kita rencana dirubah. Simbol-simbol itu sudah tidak lagi kita kerjakan di trotoar baru dan hanya ukiran,Tidak lagi untuk trotoar baru,” terangnya (PG-02)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *